
Penyebab Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Setelah gigitan, parasit yang disebut sporozoit berjalan melalui aliran darah menuju hati. Di sana, parasit berkembang dan melepaskan bentuk lain yang disebut merozoit. Parasit ini kemudian memasuki sel darah merah dan berkembang biak di dalamnya.
Setelah 48 hingga 72 jam, sel darah merah pecah dan menginfeksi lebih banyak sel darah merah. Gejala biasanya muncul antara 10 hari hingga 4 minggu setelah infeksi, meskipun bisa muncul lebih cepat atau bahkan setahun setelahnya. Gejala muncul dalam siklus 48 hingga 72 jam.
Beberapa faktor yang menyebabkan gejala meliputi: - Pelepasan merozoit ke dalam aliran darah. - Anemia akibat penghancuran sel darah merah. - Beberapa hemoglobin bebas dilepaskan ke sirkulasi, yang dapat merusak organ seperti ginjal.
Malaria juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi yang belum lahir dan melalui transfusi darah. Meski nyamuk dapat membawa parasit di daerah beriklim sedang, parasit tersebut biasanya menghilang selama musim dingin.
Faktor Risiko
Malaria bisa menyerang siapa saja, tetapi beberapa faktor meningkatkan risiko. Anak-anak di bawah usia 5 tahun lebih rentan terinfeksi, begitu pula dengan orang tua dan perempuan hamil. Orang yang tinggal di wilayah tropis, termasuk Indonesia, memiliki risiko lebih tinggi karena nyamuk penyebab malaria hidup di iklim tersebut. Minimnya akses fasilitas kesehatan juga meningkatkan risiko penularan dan perkembangan penyakit menjadi lebih parah.
Gejala Malaria
Gejala utama malaria adalah demam. Pada awal infeksi, demam tidak teratur dan bisa disertai menggigil, demam tinggi, serta berkeringat banyak. Periodisitas demam bergantung pada jenis malaria. Selain demam, gejala lain yang mungkin muncul adalah nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Pada orang yang tinggal di daerah endemis, gejala mungkin tidak spesifik atau tidak terlihat jelas.
Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria umumnya dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui beberapa cara. Pemeriksaan darah digunakan untuk melihat apakah ada parasit malaria. Tes cepat (RDT) bisa dilakukan di lapangan tanpa peralatan rumit, dengan hasil keluar dalam 15–20 menit. Tes PCR digunakan untuk mendeteksi DNA parasit dan biasanya dilakukan jika hasil tes lain kurang jelas. Evaluasi gejala seperti demam, menggigil, atau sakit kepala juga menjadi petunjuk tambahan.
Pengobatan Malaria
Jika bepergian ke wilayah endemik, dokter biasanya akan meresepkan obat pencegahan. Jika sudah terkena malaria, rencana pengobatan ditentukan berdasarkan lokasi infeksi, jenis parasit, dan tingkat keparahan gejala. Obat umum yang diresepkan meliputi terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT), klorokuin, Malarone, Vibramycin, Mefloquine, dan Primaquine. Pemilihan obat tergantung pada parasit penyebab, usia pasien, dan kondisi kehamilan.
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Jika tidak diobati, malaria dapat menyebabkan komplikasi serius seperti anemia, kerusakan otak, kegagalan organ tubuh, gangguan pernapasan, dan gangguan saraf. Infeksi parasit Plasmodium falciparum dapat menyebabkan kejang, kebingungan, atau bahkan kelumpuhan.
Pencegahan Malaria
Pencegahan malaria dilakukan dengan menjaga lingkungan bersih, menekan jumlah nyamuk, dan melindungi diri dari gigitan. Langkah-langkah seperti membersihkan lingkungan, menaburkan larvasida, dan menggunakan kelambu atau obat anti nyamuk sangat efektif. Di Indonesia, sebagian besar wilayah sudah bebas malaria, namun Papua masih menjadi tantangan besar. Pemerintah menargetkan seluruh wilayah bebas malaria pada 2030 melalui deteksi dini, pengobatan, dan pencegahan intensif.