6 Fakta Menarik Elang Bondol: Monogami Seumur Hidup

Featured Image

Elang Bondol, Burung Endemik Jakarta yang Menarik Perhatian

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keragaman hayati yang sangat kaya. Salah satunya adalah jumlah spesies burung yang tergolong besar. Pada tahun 2024, tercatat sekitar 1.836 spesies burung di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 542 spesies merupakan burung endemik yang hanya bisa ditemukan di wilayah tertentu. Wilayah seperti Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara menjadi tempat tinggal utama dari burung-burung endemik ini.

Salah satu contoh burung endemik yang khas dari Jakarta adalah elang bondol. Sebagai maskot DKI Jakarta, elang bondol memiliki ciri-ciri fisik yang khas, seperti kepala dan dadanya berwarna putih, tubuhnya berwarna cokelat kemerahan, sayap yang lebar, serta tinggi badan hingga 45 cm. Selain itu, elang bondol juga memiliki beberapa fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Berikut adalah enam fakta menarik tentang elang bondol:

1. Habitat di Kawasan Pesisir dan Mangrove Jakarta

Elang bondol lebih suka tinggal di daerah pesisir dan mangrove. Karena menginginkan iklim yang hangat dan lembab, burung ini sering ditemukan di wilayah pesisir utara Jakarta dan Kepulauan Seribu. Keberadaannya di wilayah tersebut menjadikannya sebagai simbol kekayaan alam Jakarta.

2. Kawin Sekali Selama Seumur Hidup

Elang bondol memiliki kebiasaan unik dalam proses perkawinan. Mereka biasanya mencari pasangan pada musim kemarau antara bulan Januari hingga Agustus. Proses perkawinan dilakukan saat burung terbang di udara, hampir menyentuh permukaan laut, lalu kembali terbang. Burung ini juga dikenal sebagai hewan monogami karena setia kepada pasangannya sepanjang hidupnya.

3. Melahirkan Hanya Satu Kali dalam Setahun

Elang bondol melahirkan melalui proses bertelur atau ovipar. Namun, mereka hanya melahirkan 1-2 butir telur dalam setahun dengan masa pengeraman sekitar 35 hari. Karena populasi elang bondol semakin menurun, pemerintah Indonesia telah melindungi burung ini agar tidak punah.

4. Memiliki Sifat Teritorial

Berbeda dengan banyak spesies burung lain yang migrasi saat cuaca buruk, elang bondol tidak suka berpindah jauh. Jika sudah menempati kawasan mangrove atau pesisir, elang bondol akan mempertahankan wilayah tersebut. Jika ada burung lain masuk ke wilayahnya, elang bondol akan melakukan perkelahian untuk mempertahankan wilayahnya.

5. Puncak Predator dalam Rantai Makanan

Meskipun hanya bisa terbang rendah, elang bondol termasuk predator yang kuat. Mereka mampu menangkap mangsa seperti ikan, kepiting, ular, bangkai hewan, dan burung kecil dengan kecepatan hingga 80 km/jam. Sebagai karnivora, elang bondol berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, termasuk mengontrol populasi hewan dan membersihkan lingkungan.

6. Satu Jenis dengan Elang Laut

Meski disebut sebagai elang, elang bondol tidak termasuk dalam genus Aquila. Burung ini berasal dari genus Haliastur dan lebih dekat dengan burung pemangsa laut seperti elang laut. Hal ini menunjukkan bahwa elang bondol memiliki hubungan evolusi yang berbeda dibandingkan elang sejati.

Dengan segala sifat dan perannya dalam ekosistem, elang bondol tidak hanya menjadi simbol kekayaan alam Jakarta, tetapi juga menjadi indikator kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, perlindungan terhadap elang bondol sangat penting agar ekosistem mangrove, pesisir, dan laut tetap stabil.

Komentar

Disqus Comments