Dosen Undana Jelaskan Peran Mobil Ekuator di Observatorium Timau

Featured Image

Mobil EKUATOR untuk Edukasi Sains di NTT

Seorang dosen pendidikan geografi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana (Undana) di Jakarta, Chornelis Eston Anin, mengusulkan penggunaan mobil EKUATOR sebagai alat bantu dalam pendidikan dan literasi sains di Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mobil ini, yang merupakan akronim dari edukasi sains dan astronomi di Pulau Timor, dirancang sebagai sarana pembelajaran keliling.

Armada mobil EKUATOR dilengkapi berbagai fasilitas seperti planetarium portabel, teleskop, serta peralatan pendukung lainnya untuk pembelajaran astronomi. “Mobil ini memang didesain sebagai perpustakaan mobile dan pengangkut fasilitas untuk mempelajari astronomi,” ujar Eston saat berbicara dengan Tempo pada 13 Juli 2025.

Dengan adanya mobil EKUATOR, siswa dan guru di daerah terpencil dapat mengakses pengalaman belajar astronomi yang lebih luas. Fasilitas tersebut menyediakan film planetarium dan simulasi pergerakan benda langit dalam kubah portabel yang bisa dibongkar pasang.

Sebagai dosen yang mengajar calon guru di fakultas keguruan, Eston berharap mobil EKUATOR dapat dimaksimalkan melalui kerja sama antara Undana dan BRIN. Menurutnya, Observatorium Nasional Timau harus menjadi pusat sains yang tidak hanya melayani peneliti, tetapi juga masyarakat umum.

“Sedang dibicarakan dengan BRIN tentang bentuk kolaborasi untuk mendukung keberadaan Obnas di bidang pendidikan,” jelas Eston.

Selain membahas edukasi, Eston yang juga seorang peneliti dari Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, menyebutkan beberapa rencana riset yang bisa dikembangkan di Timau. Observatorium tersebut juga akan digunakan untuk pengamatan sampah antariksa hingga studi orbit asteroid. “Rinciannya akan kami diskusikan ketika Observatorium Nasional ini sudah diresmikan,” tambahnya.

Sebagai tokoh asal Kupang yang telah terlibat dalam survei lokasi dan peletakan batu pertama Obnas Timau sejak 2015, Eston mengaku sangat menantikan peresmian observatorium tersebut. Ia berharap fasilitas ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal maupun nasional.

Menurut Eston, keberadaan Observatorium Nasional Timau sangat strategis karena memiliki kualitas langit yang sangat baik. Lokasi ini juga akan memiliki teleskop berukuran 3,8 meter yang memungkinkan pengamatan astronomi kelas dunia. “Tentu bisa menghasilkan tulisan maupun penelitian berkualitas, yang berkontribusi pada kemajuan astronomi dan sains di Indonesia,” ujarnya.

Rencana Peresmian Terus Tertunda

Observatorium Nasional Timau hingga kini belum bisa beroperasi penuh. Konstruksi yang awalnya direncanakan rampung dalam tiga tahun terus menghadapi tantangan tak terduga. Koordinator Observatorium Nasional Timau, Abdul Rachman, menjelaskan bahwa kendala utama datang dari kondisi infrastruktur dasar dan pandemi Covid-19.

“Jalanan dari Kupang ke Timau beberapa tahun menjadi kendala,” kata Abdul saat berbicara dengan Tempo pada 12 Juni 2025. Jalan yang tidak layak membuat komponen seperti kubah teleskop, cermin, dan alat berat untuk instalasi tidak bisa dikirim ke lokasi hingga 2022. Berbagai hambatan dalam pengoperasian proyek penyokong sains tersebut dapat dilihat dalam laporan lengkap Tempo.

Hingga pertengahan 2025, progres proyek disebut baru mencapai 75 persen. Pembangunan teleskop oleh Nishimura Co, kontraktor dari Jepang, ternyata baru mencapai 70-80 persen. Padahal, instrumen pengamatan lain seperti cermin utama atau primer yang terdiri atas 18 bagian, cermin kedua, dan cermin ketiga, sudah terpasang pada Maret 2025.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menargetkan Observatorium Nasional Timau dapat beroperasi penuh sebelum akhir 2026. Menurut dia, pembangunannya memakan waktu karena didedikasikan untuk pengamatan antariksa langit selatan, dengan target pemakai dari nasional dan internasional. “BRIN telah menetapkan Observatorium Nasional Timau dan program pengamatan langit selatan menjadi salah satu platform kolaborasi baik dari Indonesia maupun mancanegara.”

Komentar

Disqus Comments