BosHJN AMP

Semaikan Garam di Ketinggian 10.000 Kaki, BMKG dan TNI AU Kolaborasi Rekayasa Cuaca

Semaikan Garam di Ketinggian 10.000 Kaki, BMKG dan TNI AU Kolaborasi Rekayasa Cuaca

Upaya Mengatasi Musim Kemarau dengan Modifikasi Cuaca di Kawasan Danau Toba

Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta TNI AU melakukan upaya untuk mengurangi dampak musim kemarau yang berlangsung cukup panjang di kawasan Danau Toba. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui modifikasi cuaca dengan menyemaikan garam (NaCl) ke awan. Tujuannya adalah untuk memicu turunnya hujan di wilayah tersebut.

Setiap kali penyemaian garam dilakukan, pesawat Casa TNI AU membawa sebanyak 800 kilogram garam. Pesawat ini diterbangkan oleh anggota TNI AU dengan jumlah kru sebanyak lima orang, ditambah satu ilmuwan dari BMKG. Dalam operasinya, pesawat akan terbang pada ketinggian antara 9.000 hingga 10.000 kaki. Di ketinggian tersebut, garam yang dibawa akan ditaburkan ke awan agar bisa memicu terjadinya hujan.

Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Sumut, Edison Kurniawan, menjelaskan bahwa kegiatan modifikasi cuaca ini akan berlangsung selama sepekan di kawasan Danau Toba. Pesawat milik TNI AU telah siap beroperasi di Bandara Silangit dan direncanakan melakukan penyemaian garam sebanyak tiga kali dalam sehari.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 26 hingga 31 Juli 2025. Ini merupakan sorti pertama dalam rangkaian kegiatan modifikasi cuaca yang direncanakan. Penyemaian garam difokuskan pada kawasan Danau Toba dan Geopark Caldera Toba. Dengan adanya penyemaian ini, diharapkan hujan dapat turun di kawasan tersebut, terutama di tujuh kabupaten/kota yang ada di sekitar Danau Toba.

Musim kemarau yang berlangsung cukup lama menjadi salah satu pemicu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menghanguskan ratusan hektare lahan. Untuk mengurangi risiko Karhutla, pihak BMKG dan TNI AU bekerja sama melakukan modifikasi cuaca. Dengan turunnya hujan, titik api di kawasan Danau Toba diharapkan bisa berkurang.

Pemerintah Pusat juga menunjukkan perhatian serius terhadap kondisi Karhutla di kawasan Danau Toba. Hal ini dilakukan melalui kerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan stakeholder lainnya. Diharapkan, kegiatan modifikasi cuaca ini dapat memberikan dampak positif bagi kelestarian alam, terutama dalam mengurangi titik api di kawasan tersebut.

Usulan dari Lima Kabupaten

Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, mengatakan bahwa rekayasa cuaca di Kawasan Danau Toba akan segera dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalisir kejadian Karhutla di area tersebut. Ia menjelaskan bahwa beberapa kabupaten di kawasan Danau Toba sepakat untuk melakukan rekayasa cuaca. Namun, ia tidak merinci secara detail kabupaten mana yang meminta rekayasa cuaca tersebut.

Bobby Nasution berharap, dalam waktu dekat, kegiatan rekayasa cuaca akan dilakukan dengan cara menaburkan garam ke awan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan intensitas hujan, sehingga dapat mengantisipasi kekeringan dan kebakaran.

Rekayasa cuaca ini akan dilakukan bersama BMKG. Menurutnya, saat ini ada beberapa titik api yang terjadi di empat hingga lima kabupaten yang mengusulkan hal yang sama dengan provinsi. Dengan adanya rekayasa cuaca, diharapkan hujan bisa turun lebih tinggi di kawasan Danau Toba, sehingga dapat mengurangi kekeringan dan kebakaran.

Dampak Karhutla di Sumatera Utara

Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Sumut, Togap Simangunsong, menyampaikan bahwa Karhutla di Sumatera Utara telah menghanguskan 1.804,95 hektare lahan. Kebakaran ini terjadi sebanyak 80 kali sejak 1 Januari hingga 13 Juli 2025.

Menurut Togap, akibat Karhutla, aktivitas pariwisata terganggu, keanekaragaman hayati rusak, dan kualitas udara menurun. Untuk itu, pihaknya meminta seluruh pemerintah kabupaten/kota bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Karhutla di kawasan Danau Toba.

Dalam beberapa bulan terakhir, laporan Karhutla terus mengancam keberlanjutan kawasan, merusak keanekaragaman hayati, mengganggu pariwisata, dan menurunkan kualitas udara yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menghadapi tantangan ini.

Komentar

Disqus Comments