
Angka Pengguna Narkoba di Aceh yang Mengkhawatirkan
Aceh, provinsi paling barat di Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait penyalahgunaan narkoba. Menurut data yang dirilis oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, jumlah masyarakat yang terpapar narkoba mencapai lebih dari 80 ribu orang. Dari angka tersebut, sekitar 1,7 persen penduduk Aceh diketahui terlibat dalam penggunaan narkoba.
Kepala BNNP Aceh, Marzuki Ali Basyah, menyampaikan bahwa sebagian besar pengguna narkoba di Aceh adalah pengguna ganja. Ia menekankan bahwa meskipun ganja sering disebut sebagai salah satu jenis narkoba yang paling populer, penggunaannya justru menjadi tanda awal bagi generasi muda Aceh untuk mulai terjebak dalam penyalahgunaan narkoba.
Dalam sebuah acara pembukaan program Berdikari Tani di Gampong Leungah, Kecamatan Seulimuem, Kabupaten Aceh Besar, Marzuki menjelaskan bahwa dulu pengguna narkoba biasanya berasal dari kalangan atas. Namun, kini semakin banyak individu dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil juga mulai menggunakan narkoba. Ia menambahkan bahwa penggunaan narkoba bisa berkembang dari ganja ke jenis lain seperti ekstasi, sabu-sabu, kokain, dan heroin. Bahkan, ia menyebut bahwa sebanyak 70 persen pengguna narkoba di Aceh mengalami gangguan mental dan kesulitan finansial.
Dampak Kesehatan dari Penyalahgunaan Ganja
Ganja, yang sering digunakan untuk membuat seseorang merasa rileks atau bahagia, memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kesehatan. Berikut beberapa dampak kesehatan yang dapat terjadi akibat penggunaan ganja:
-
Paru-paru
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan tar pada ganja hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan tembakau. Selain itu, asap ganja juga diduga mengandung zat penyebab kanker yang lebih tinggi daripada asap rokok. Hal ini meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama jika penggunaan dilakukan secara terus-menerus. -
Otak
Penggunaan ganja dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, termasuk kemampuan berpikir, memori, dan koordinasi. Penelitian menggunakan MRI menemukan perubahan struktur otak pada pengguna ganja jangka panjang. -
Kesehatan Mental
Penggunaan ganja berpotensi memperburuk gejala psikotik pada penderita skizofrenia. Selain itu, ganja juga dapat menyebabkan halusinasi, delusi, cemas, dan serangan panik. Risiko psikosis lebih tinggi jika penggunaan dimulai saat usia remaja atau memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mental. -
Sistem Peredaran Darah
Penggunaan ganja menyebabkan detak jantung meningkat sebesar 20-50 denyut per menit selama tiga jam. Bagi penderita penyakit jantung, hal ini meningkatkan risiko serangan jantung. Selain itu, ganja juga bisa menyebabkan tekanan darah naik dan mata menjadi merah. -
Sistem Pencernaan
Menghisap ganja bisa menyebabkan rasa sakit di mulut dan tenggorokan. Jika dikonsumsi secara oral, ganja bisa menyebabkan mual dan muntah. Namun, pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, ganja dapat membantu mengurangi mual dan muntah. -
Sistem Kekebalan Tubuh
Ganja dapat melemahkan sistem imun tubuh. Penelitian menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dengan peningkatan risiko infeksi seperti HIV/AIDS. -
Kehamilan dan Menyusui
Penggunaan ganja selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan menyebabkan kecacatan. Selain itu, zat kimia dalam ganja dapat masuk ke ASI dan memengaruhi pertumbuhan bayi.