
Fenix Museum: Ruang yang Menyajikan Cerita Migrasi Dunia
Fenix Museum, sebuah karya arsitektur yang menarik dan penuh makna, menjadi destinasi wajib bagi siapa saja yang ingin merasakan pengalaman unik melalui seni dan sejarah. Berlokasi di kawasan City Harbor yang legendaris di Rotterdam, Belanda, museum ini terletak di atas bangunan bekas gudang pengapalan terbesar dunia yang telah direstorasi dengan penuh perhatian oleh MAD Architects. Sebagai studio arsitek ternama asal Tiongkok, mereka berhasil menciptakan ruang yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna.
Museum ini bukan sekadar tempat untuk memamerkan karya seni, tetapi juga menjadi ruang interaktif yang menghadirkan pengalaman migrasi dunia melalui berbagai elemen seperti seni rupa, fotografi, sejarah, arsitektur, hingga kuliner. Setiap sudutnya menyimpan cerita yang mendalam, sehingga setiap pengunjung akan merasa terhubung dengan perjalanan manusia dari berbagai belahan dunia.
Warisan Arsitektur yang Diperbarui
Bangunan seluas 16.000 meter persegi ini direvitalisasi dengan cermat oleh Bureau Polderman. Proses restorasi membutuhkan waktu selama 1,5 tahun, yang berhasil mengembalikan keaslian jendela, pintu geser pascaperang, serta detail fasad lainnya ke bentuk semula. Fasad yang ada kini tampak menyatu dengan irama yang harmonis, mulai dari kolom, kaca, hingga bukaan yang saling berkesinambungan.
Namun, yang paling mencolok adalah struktur Tornado, sebuah tangga ganda berbentuk spiral yang dramatis dan memesona. Tangga ini mengalir halus dari lantai dasar hingga atap setinggi 24 meter. Struktur ini dibalut 297 panel baja nirkarat yang mengkilap dan memiliki atap kanopi sepanjang 17 meter. Atap ini dirakit khusus di Groningen dan diangkut ke Rotterdam melalui kapal. Di dalamnya, Anda akan menemukan tangga heliks sepanjang 550 meter yang membawa Anda ke platform atap dengan panorama spektakuler Kota Rotterdam dan Sungai Maas.
Galeri, Komunitas, dan Keberlanjutan
Saat Anda berjelajah ke lantai dua, Anda akan disuguhkan dengan galeri yang luas. Lantai dasar digunakan untuk program dan pameran sementara, sedangkan lantai atas mempersembahkan koleksi permanen Fenix serta karya-karya seniman muda dari berbagai penjuru dunia.
Area atrium yang terang oleh cahaya alami menjadi pusat penyambutan yang dilengkapi toko museum, kafe, serta Plein—sebuah ruang multifungsi seluas 2.275 meter persegi yang dapat disesuaikan untuk pertunjukan, diskusi, dan aktivitas komunitas. Selain itu, Fenix juga mempertemukan pengunjung dengan ragam budaya kuliner dunia yang mencerminkan perjalanan migrasi.
Komitmen Terhadap Lingkungan
Keindahan Fenix tidak hanya terlihat dari segi estetika, tetapi juga dari konsep keberlanjutan yang diterapkan. Atapnya dilapisi tanaman sedum seluas 6.750 meter persegi yang mampu menyerap air hujan dan mendukung biodiversitas. Sistem penyimpanan energi panas dalam tanah serta penggunaan kayu Kebony asal Norwegia memperkuat misi ramah lingkungan.
Inovasi-inovasi ini menjadikan Fenix sebagai bangunan yang hemat energi hingga 80% untuk pendinginan dan 60% untuk pemanasan. Dengan demikian, museum ini tidak hanya menjadi tempat yang indah, tetapi juga menjadi contoh nyata tentang pentingnya keberlanjutan dalam arsitektur modern.
Melalui Fenix, pengunjung diajak menyusuri cerita migrasi, bukan hanya sebagai jejak sejarah, tetapi juga sebagai pengalaman hidup yang dipresentasikan melalui seni, ruang, dan arsitektur yang menyatu dalam satu narasi besar.