
Bahaya Mengemudi Jarak Jauh dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Mengemudi jarak jauh sering kali menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari, baik untuk keperluan kerja, perjalanan bisnis, atau liburan. Namun, aktivitas ini juga membawa risiko kesehatan yang cukup serius jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Salah satu masalah utama yang muncul adalah kelelahan pengemudi, yang dapat mengurangi kemampuan berkendara dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Kelelahan saat berkendara bisa ditandai dengan beberapa gejala, seperti sering menguap, kesulitan menjaga mata tetap terbuka, serta penurunan konsentrasi dan kewaspadaan. Kelelahan ini biasanya muncul setelah berkendara selama satu hingga dua jam secara terus-menerus. Karena mengemudi membutuhkan konsentrasi tinggi, refleks cepat, dan pengambilan keputusan yang baik, maka ketika pengemudi mulai lelah, semua aspek tersebut bisa terganggu.
Tingkat kelelahan berbeda-beda pada setiap individu, tergantung pada kualitas tidur, kondisi psikologis, fokus, dan lingkungan sekitar. Cuaca panas ekstrem, misalnya, bisa memperparah rasa lelah dan memengaruhi kemampuan pengemudi dalam membuat keputusan. Hal ini meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan.
Dampak Buruk Mengemudi Jarak Jauh bagi Kesehatan
Berkendara tanpa istirahat yang cukup, seperti lebih dari 18 jam, dapat mengganggu fungsi otak. Kondisi ini setara dengan kadar alkohol dalam darah sebesar 0,005 persen. Setelah 24 jam terjaga, kadar ini meningkat menjadi 0,10 persen, yang melebihi batas legal di beberapa negara.
Licia Tan menyebutkan bahwa kelelahan akibat mengemudi dibagi menjadi dua jenis: kelelahan aktif dan kelelahan pasif. Kelelahan aktif terjadi saat pengemudi menghadapi kondisi jalan sulit, seperti cuaca buruk atau lalu lintas padat. Sementara itu, kelelahan pasif muncul saat pengemudi tidak banyak bergerak, seperti saat menggunakan cruise control di jalan tol. Meskipun keduanya sama-sama menguras tenaga mental, kelelahan pasif lebih sering menyebabkan rasa kantuk dan menurunkan performa berkendara.
Selain itu, status psikologis seperti stres, kecemasan, dan kemarahan juga dapat mengganggu konsentrasi pengemudi. Duduk dalam posisi yang tidak nyaman dalam waktu lama berisiko menyebabkan gangguan muskuloskeletal, seperti nyeri punggung. Pengemudi kendaraan berat sering mengalami getaran tubuh yang berulang, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf, tulang belakang, dan pembuluh darah di lengan dan tangan. Tekanan dari penumpang atau tekanan kerja juga bisa memperburuk kondisi ini.
Selain itu, meski mengemudi dilakukan secara duduk, pola makan dan istirahat yang tidak teratur selama perjalanan panjang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas. Keterbatasan aktivitas fisik selama perjalanan menjadi faktor utama dalam masalah kesehatan ini.
Cara Mencegah Bahaya Mengemudi Jarak Jauh
Untuk menjaga kesehatan saat berkendara jarak jauh, pengemudi disarankan untuk menjaga pola makan seimbang dan makan secara teratur. Bawa camilan sehat seperti buah atau kacang tanpa garam jika akses makanan terbatas. Konsumsi minimal dua liter air per hari, dan simpan botol air dingin di dalam kendaraan agar tetap terhidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi.
Luangkan waktu istirahat 5–10 menit setiap jam, terutama setelah menurunkan penumpang atau barang. Manfaatkan waktu istirahat untuk melakukan peregangan ringan dan berjalan agar sirkulasi darah lancar. Hindari mengemudi lebih dari 12 jam karena dapat meningkatkan risiko kelelahan dan gangguan kardiovaskular.
Jika tidak bisa berhenti, lakukan latihan duduk sederhana seperti memutar leher, mengangkat bahu, dan meregangkan anggota tubuh bagian atas saat macet. Sesuaikan posisi kursi untuk mendapatkan postur ergonomis agar mengurangi ketegangan otot dan tulang. Dengan langkah-langkah ini, pengemudi dapat menjaga kesehatan dan keselamatan selama perjalanan jarak jauh.