Jika Suka Buku Nonfiksi, Anda Punya 7 Ciri Berbeda Menurut Psikologi

Featured Image

Buku Nonfiksi dan Kepribadian yang Berbeda

Di tengah era di mana hiburan digital mengambil alih perhatian masyarakat, kebiasaan membaca buku nonfiksi semakin langka. Namun, bagi sebagian orang, membaca buku nonfiksi adalah cara untuk memperluas wawasan dan memahami dunia secara lebih mendalam. Buku nonfiksi tidak hanya menyajikan informasi yang faktual, tetapi juga menuntut fokus, ketekunan, serta minat yang tulus terhadap realitas.

Orang-orang yang menyukai buku nonfiksi memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda dibandingkan mereka yang lebih suka fiksi atau bahkan tidak sama sekali membaca. Melalui beberapa penelitian dalam bidang psikologi kognitif dan kepribadian, ditemukan bahwa ada tujuh sifat umum yang biasanya dimiliki oleh pembaca buku nonfiksi. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

Rasa Ingin Tahu yang Kuat

Pembaca buku nonfiksi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap dunia nyata. Mereka tidak puas hanya dengan cerita imajinatif; mereka ingin tahu mengapa sesuatu bisa terjadi, bagaimana cara kerjanya, dan apa yang bisa dipelajari dari pengalaman orang lain. Buku nonfiksi seperti biografi, sejarah, atau sains populer memberi mereka makanan intelektual yang menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam.

Dalam psikologi, hal ini disebut sebagai "epistemic curiosity", yaitu dorongan batin untuk terus-menerus mencari pengetahuan. Orang dengan sifat ini biasanya rajin mencari informasi, tidak mudah puas, dan selalu ingin tahu hal baru yang relevan dengan realitas.

Kemampuan Berpikir Kritis

Orang yang menyukai buku nonfiksi sering kali memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi. Mereka tidak mudah menerima informasi begitu saja tanpa meninjau logika dan buktinya. Buku nonfiksi sering kali mengedepankan data, argumen, dan sudut pandang tertentu, sehingga pembacanya terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi kebenaran isi buku tersebut.

Dalam psikologi kognitif, kebiasaan ini dikenal sebagai need for cognition — kebutuhan untuk berpikir secara mendalam dan menyukai aktivitas mental yang menantang.

Pembelajaran Seumur Hidup

Buku nonfiksi menjadi sarana utama bagi banyak orang untuk terus belajar sepanjang hidup. Mereka tidak berhenti belajar setelah lulus sekolah atau kuliah. Buku adalah alat untuk memperbarui pengetahuan, mengembangkan wawasan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Menurut psikologi pendidikan, individu dengan orientasi belajar jangka panjang memiliki growth mindset yang kuat, yaitu keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan bisa berkembang melalui usaha dan pengalaman.

Rasional dan Berorientasi pada Fakta

Pembaca nonfiksi lebih cenderung berpijak pada kenyataan dan menyukai pendekatan yang objektif, berbasis data, dan dapat diverifikasi. Sifat ini membuat mereka sering menjadi rujukan dalam diskusi karena biasanya membawa fakta yang kuat dan argumentasi yang masuk akal.

Studi dalam trait theory menunjukkan bahwa orang-orang yang menyukai data dan fakta biasanya memiliki tingkat conscientiousness (kesadaran) yang tinggi, serta nilai openness to experience yang seimbang dengan logika.

Mandiri dalam Berpikir dan Mengambil Keputusan

Karena terbiasa membaca berbagai perspektif dari buku-buku nonfiksi, mereka lebih mandiri dalam berpikir. Mereka tidak mudah ikut-ikutan atau terpengaruh oleh opini umum. Kemampuan untuk menyaring informasi dan mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang luas membuat mereka lebih percaya diri dan memiliki pendirian kuat.

Psikologi sosial menyebut ini sebagai independent cognition, yaitu pola berpikir otonom yang lebih tahan terhadap tekanan sosial dan opini mayoritas.

Toleransi terhadap Kompleksitas dan Ketidakpastian

Buku nonfiksi sering kali tidak memberikan jawaban tunggal atau akhir cerita yang pasti. Sebaliknya, ia menyuguhkan kenyataan yang kompleks, kadang membingungkan, bahkan penuh kontradiksi. Pembaca nonfiksi terbiasa menghadapi ketidakpastian dan mampu melihat nuansa dalam suatu isu.

Sifat ini sangat dihargai dalam psikologi karena mencerminkan cognitive flexibility — kemampuan untuk menerima bahwa kebenaran bisa bersifat relatif dan bahwa kehidupan jarang hitam-putih. Orang dengan fleksibilitas kognitif biasanya lebih adaptif dalam menghadapi tantangan.

Motivasi Internal yang Kuat

Membaca buku nonfiksi tidak selalu menghibur seperti novel atau tontonan visual. Butuh disiplin dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikannya. Karena itu, orang yang menyukai nonfiksi umumnya memiliki motivasi intrinsik yang kuat — mereka melakukan sesuatu bukan karena ingin dipuji, tetapi karena merasa itu penting, menarik, dan berguna untuk diri mereka sendiri.

Dalam teori psikologi motivasi, ini adalah ciri dari orang dengan self-determination yang tinggi: mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan tahu kenapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan.

Penutup

Membaca buku nonfiksi bukan hanya tentang menambah wawasan, tetapi juga mencerminkan kepribadian yang khas. Jika Anda termasuk orang yang menyukai jenis bacaan ini, kemungkinan besar Anda adalah sosok yang kritis, rasional, haus ilmu, dan memiliki kedalaman berpikir yang tidak dimiliki semua orang.

Di balik lembar demi lembar buku nonfiksi, tersimpan perjalanan mental yang memperkuat karakter, memperluas cakrawala, dan membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih sadar, bijak, dan tangguh menghadapi dunia nyata. Teruslah membaca — karena setiap halaman nonfiksi bukan hanya memperkaya pikiran, tetapi juga membentuk jati diri Anda.

Komentar

Disqus Comments