
Perjalanan Panjang Seorang Ibu yang Melahirkan Triple
Tri Susanti (36) tak bisa menahan air mata saat menceritakan kisah perjuangannya melahirkan tiga buah hati tercintanya. Baginya, kehamilan ini adalah anugerah besar, namun juga menjadi tantangan hidup yang luar biasa. Dalam perjalanannya menghadapi kehamilan triple, ia mengalami berbagai rintangan dan ketakutan yang sangat dalam.
Tri awalnya tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengandung tiga janin. Kehamilan triplet terjadi ketika usia kehamilannya memasuki bulan keempat. Saat itu, ia melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kebumen 3, tetapi bidan yang memeriksa tidak memberikan informasi apa pun tentang kondisi kehamilannya. Namun, sebagai seorang ibu yang pernah hamil sebelumnya, ia merasa ada yang tidak normal.
Perutnya selalu terasa kencang, dan pada usia empat bulan kehamilan, perutnya sudah sangat besar, melebihi ukuran ibu hamil pada umumnya. Setiap aktivitas sederhana seperti berjalan ke dapur atau kamar mandi terasa sangat melelahkan. Akhirnya, ia dan suaminya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan.
Setelah diperiksa, dokter memberitahu bahwa ia sedang mengandung tiga janin. Mendengar kabar tersebut, Tri dan suaminya merasa kaget. Mereka tidak menolak kehamilan ini, tetapi khawatir dengan kondisi kesehatan Tri dan ketiga bayinya. Kehamilan triplet memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding kehamilan tunggal atau kembar dua.
Karena kaget dan khawatir, mereka tidak langsung memberi tahu keluarga. Rasa cemas terkait biaya persalinan dan perawatan juga mulai menghantui. Kehamilan triplet membutuhkan pemantauan medis intensif dan biaya yang sangat besar. Sementara sang suami hanya bekerja sebagai buruh harian, Tri sendiri tidak memiliki pekerjaan tetap.
Meski begitu, mereka saling mendukung satu sama lain. Meski terasa berat, mereka percaya bahwa setiap anak adalah rezeki dari Tuhan. Berkat dukungan saling, mereka bertekad untuk menjalani proses kehamilan ini dengan penuh harapan.
Pada usia kehamilan tujuh bulan, kondisi fisik Tri semakin menurun. Napasnya terasa tersengal-sengal. Ia akhirnya dilarikan ke RS Soedirman Kebumen, tempat ia menjalani operasi caesar. Kelahiran ketiga anaknya terjadi secara dramatis karena mereka lahir prematur.
Berat badan masing-masing bayi hanya 13 ons, 11 ons, dan 8 ons. Tangisan pertama dari bayi-bayi tersebut disambut dengan haru dan cemas. Meskipun bahagia karena mereka lahir dengan selamat, mereka harus segera dirawat intensif di ruang NICU.
Selama 25 hari, bayi-bayi kecil itu berjuang di ruang NICU dengan alat bantu pernapasan, infus, dan pemantauan medis 24 jam. Setelah itu, mereka menjalani perawatan lanjutan selama 30 hari di ruang perawatan bayi. Total 53 hari mereka dirawat di rumah sakit. Sementara itu, Tri harus menjalani perawatan pasca operasi selama seminggu.
Alhamdulillah, kini perkembangan bayi-bayi Tri sangat baik. Berat badan mereka naik pesat, dari 13, 11, dan 8 ons menjadi masing-masing 2 kg, 1,7 kg, dan 1 kg. Meski masih perlu kontrol rutin ke rumah sakit, mereka tampak sehat dan aktif.
Salah satu hal yang sangat ia syukuri adalah keikutsertaannya dalam Program JKN. Dengan menjadi peserta JKN segmen PBI JK, seluruh biaya persalinan dan perawatan bayi-bayinya yang mencapai lebih dari 200 juta rupiah dijamin oleh JKN. Tanpa bantuan BPJS Kesehatan, ia yakin keluarganya tidak akan mampu menanggung biaya pengobatan yang begitu besar.
Tri juga merasa sangat dihargai sebagai peserta JKN di RS Dr. Soedirman Kebumen. Tidak ada diskriminasi dalam pelayanan yang ia terima. Pelayanan prima dari tenaga medis membuat dirinya dan suaminya semakin kuat dalam menghadapi perjuangan ini.
Dari dokter, perawat, hingga seluruh petugas di rumah sakit, semua memberikan pelayanan dengan ramah dan optimal. Dukungan mereka terasa nyata selama merawat dirinya dan buah hatinya. Dengan adanya program JKN, Tri dan keluarga merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.