
Apa Itu Long COVID dan Gejalanya
Long COVID atau post-COVID conditions (PCC) adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang masih mengalami gejala setelah sembuh dari infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Gejala ini bisa muncul atau tetap berlangsung selama empat minggu atau lebih setelah infeksi awal. Tidak hanya satu atau dua gejala, banyak orang mengalami beberapa gejala sekaligus. Beberapa gejala muncul sejak awal sakit dan tidak pernah hilang, sementara yang lainnya bisa reda lalu kembali lagi atau bahkan muncul setelah masa pemulihan.
Gejala long COVID bisa ringan atau cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Yang menarik adalah, long COVID tidak hanya menyerang orang-orang dengan gejala berat saat tertular. Banyak orang yang hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala pun bisa mengalaminya. Karena kasus ringan jauh lebih umum, maka angka long COVID juga didominasi oleh kelompok ini.
Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami long COVID. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kasus lebih sering terjadi pada orang dewasa. Para ahli belum sepenuhnya memahami jumlah pasti penderita long COVID, namun beberapa studi memperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 5–30 persen dari total kasus COVID-19.
Berbagai Jenis Gejala Long COVID
Long COVID dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk paru-paru, jantung, otak, ginjal, dan hati. Akibatnya, gejala yang muncul sangat beragam, mulai dari gangguan pernapasan hingga masalah psikologis. Orang yang mengalami long COVID bisa merasakan gejala yang bertahan berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Beberapa gejala yang umum dilaporkan antara lain: - Kelelahan atau mudah lelah - Badan terasa lemah - Brain fog (kabut otak) - Sakit kepala - Tremor - Jantung berdebar cepat atau tidak beraturan - Pusing saat berdiri - Gejala memburuk setelah aktivitas fisik atau mental (PEM) - Gangguan pencernaan seperti sakit perut, diare, atau sembelit - Hilang atau berubahnya indra penciuman dan/atau pengecapan - Mulut terasa kering atau sering haus - Batuk berkepanjangan - Perubahan kenyamanan atau kemampuan berhubungan seksual - Nyeri dada - Gangguan pendengaran - Sesak napas - Nyeri otot dan sendi - Sleep apnea - Demam, keringat berlebih, atau menggigil - Rambut rontok - Gangguan tidur - Masalah kandung kemih - Gangguan penglihatan - Depresi dan kecemasan - Pembengkakan kaki - Masalah gigi - Nyeri telapak kaki - Ruam kulit - Gerakan tubuh tidak normal - Perubahan warna kulit - Perubahan siklus menstruasi
Banyak penderita long COVID melaporkan kesulitan kembali bekerja, belajar, atau menjalani aktivitas sehari-hari.
Risiko Kondisi Medis Baru
Infeksi COVID-19 dapat merusak berbagai organ tubuh, meningkatkan risiko berkembangnya kondisi medis baru seperti diabetes, penyakit ginjal, kondisi jantung, gangguan neurologis, gumpalan darah, dan sindrom takikardia ortostatik postural (POTS). Kondisi-kondisi ini bisa memperburuk gejala long COVID.
Siapa Saja yang Rentan Mengalami Long COVID?
Long COVID bisa dialami siapa saja, termasuk anak-anak. Gejala bisa muncul pada mereka yang tidak menunjukkan gejala awal, hanya mengalami gejala ringan, atau bahkan penyakit berat. Namun, ada kelompok yang lebih rentan, seperti: - Orang dengan infeksi parah, terutama yang dirawat di ICU - Individu dengan kondisi kesehatan bawaan seperti diabetes, asma, atau obesitas - Mereka yang mengalami multisystem inflammatory syndrome (MIS-C atau MIS-A)
Perempuan dan lansia cenderung lebih rentan, termasuk mereka yang mengalami infeksi berulang. Studi besar menunjukkan bahwa orang dewasa usia 35–49 tahun paling sering terkena dampak long COVID secara global.
Kaitan dengan Sindrom Pasca Perawatan Intensif (PICS)
Orang dengan sindrom pasca perawatan intensif (PICS) memiliki risiko lebih tinggi mengalami long COVID. PICS bisa muncul setelah dirawat di ICU, dengan gejala seperti kelemahan otot, gangguan berpikir, dan gejala stres pascatrauma (PTSD). Kondisi ini bisa memperburuk gejala long COVID.
Hubungan dengan Myalgic Encephalomyelitis/Chronic Fatigue Syndrome (ME/CFS)
Sebagian penderita long COVID mengalami gejala mirip ME/CFS, yaitu kondisi kronis dengan gejala utama kelelahan ekstrem. ME/CFS bisa memengaruhi siapa saja, termasuk anak-anak, dan gejalanya sering kali sulit dijelaskan. Penderita ME/CFS sering menghadapi tantangan dalam mengenali dan menjelaskan gejala, serta mendapatkan diagnosis yang tepat.
Penyebab Long COVID
Penyebab pasti long COVID masih menjadi misteri, namun beberapa teori telah diajukan: - Sisa virus dalam tubuh - Reaktivasi virus laten - Respons autoimun - Kerusakan organ akibat reaksi imun yang berlebihan
Para ilmuwan percaya bahwa long COVID bisa disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk memahami penyebab, pencegahan, dan pengobatan yang efektif.