-->

BosHJN AMP

Anemia dan Gangguan Penglihatan Ancam Kecerdasan Anak

Featured Image

Anemia dan Gangguan Penglihatan yang Berdampak pada Fungsi Kognitif Anak

Anemia dan gangguan penglihatan menjadi dua masalah serius yang memengaruhi tumbuh kembang anak-anak di Indonesia. Sayangnya, banyak orang tua belum menyadari bahwa dampaknya tidak hanya terbatas pada kelelahan atau kesulitan membaca tulisan di papan tulis. Masalah ini ternyata bisa memengaruhi fungsi kognitif anak, terutama memori kerja. Memori kerja adalah kemampuan otak untuk menyimpan dan mengolah informasi dalam waktu singkat, yang sangat penting untuk fokus, memahami pelajaran, serta memecahkan masalah di sekolah.

Studi yang dilakukan oleh jurnal PLOS One tahun 2023 menunjukkan bahwa hampir separuh kasus anemia pada anak disebabkan oleh defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi ini berdampak negatif pada perkembangan otak, termasuk kemampuan belajar dan daya ingat. Dalam konteks global, sekitar 25 persen anak usia sekolah di dunia mengalami anemia, yang menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan dan penanganan dini.

Dampak Langsung Anemia pada Memori Kerja Anak

Dalam sebuah studi yang melibatkan 335 anak usia sekolah dasar di Jakarta, ditemukan bahwa 19,7 persen anak mengalami anemia, sementara 22,1 persen lainnya memiliki gangguan pada memori kerja. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, menjelaskan bahwa anak dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah secara signifikan menunjukkan performa memori kerja yang lebih buruk. Ini menegaskan bahwa anemia, khususnya akibat defisiensi zat besi, tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga menghambat kemampuan otak anak untuk menyerap informasi.

Memori kerja yang baik menjadi faktor kunci dalam proses belajar di sekolah. Oleh karena itu, pemenuhan nutrisi yang cukup sangat penting untuk mendukung perkembangan otak anak secara optimal.

Kekurangan Zat Gizi dan Stunting Perparah Gangguan Kognitif

Selain anemia, kekurangan zat gizi dan stunting juga turut memperburuk gangguan kognitif pada anak. Anak dengan gangguan memori kerja memiliki kadar hemoglobin yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan anak dengan fungsi memori normal. Selain itu, anak yang mengalami stunting memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja.

Dr. Ray menjelaskan bahwa rendahnya asupan protein dan lemak pada anak usia sekolah turut memperburuk dampak anemia terhadap fungsi kognitif. Oleh karena itu, diperlukan program nutrisi berbasis sekolah yang tidak hanya menekankan pemenuhan zat besi, tetapi juga mencukupi kebutuhan protein dan lemak.

Gangguan Penglihatan Bisa Menurunkan Efisiensi Belajar

Gangguan penglihatan seperti refractive error (kelainan refraksi) yang tidak ditangani bisa mengganggu proses belajar anak. Kondisi ini meliputi rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme. Dalam studi yang dilakukan oleh Indonesian Health Development Center (IHDC), ditemukan bahwa 19,5 persen anak dengan gangguan penglihatan mengalami gangguan memori kerja. Selain itu, anak-anak dengan masalah penglihatan memiliki nilai akademik yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan anak yang memiliki penglihatan normal.

Dr. Kianti R. Darusman, Director Kemitraan dari IHDC, menekankan pentingnya pemeriksaan mata rutin dan intervensi dini. Sebagian besar aktivitas belajar di sekolah bersifat visual, sehingga anak dengan penglihatan terganggu harus bekerja lebih keras untuk memahami informasi, yang pada akhirnya menurunkan efisiensi memori kerja.

Pentingnya Pemenuhan Nutrisi untuk Perkembangan Otak

Temuan dari kedua studi tersebut menegaskan bahwa anemia dan gangguan penglihatan memiliki dampak nyata terhadap fungsi kognitif anak. Pemenuhan zat besi, protein, dan lemak sangat penting untuk mendukung perkembangan otak secara optimal. Orang tua dan komunitas perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, edukasi keluarga, serta pemberian nutrisi yang seimbang.

Dengan perhatian sejak dini, anak-anak Indonesia diharapkan bisa tumbuh optimal, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara kognitif dan akademik.

Komentar

Disqus Comments